Mereka bilang saya radikal, mereka bilang saya pemberontak. Tapi jarang sekali saya benar-benar turun ke jalan. Saya sering merasa tidak perlu-perlu amat ikut serta dalam kekuatan massa untuk memperjuangkan aspirasi politik praktis. Jikalau memang saya sampai turun ke jalan, pemicunya biasanya sehubungan dengan kebebasan beragama.
Dengan alasan kebebasan beragama pulalah saya bergabung dengan saudara-saudaraku suporter sepakbola yang prihatin dengan masa depan agama kita, sepakbola nasional, yang semakin tak tentu arah. Sepakbola kita telah kehilangan martabat karena dijadikan corong politik oleh para petinggi PSSI dan partai politik yang memboncengnya.
Siapa yang tidak sakit hati mendengar Nurdin Halid berkoar-koar bahwa kesuksesan timnas Indonesia di Piala AFF silam (jika memang benar itu kesuksesan) adalah berkat sumbangsih partai Golkar? Saya yang berdiri di Gelora Bung Karno hingga Bukit Jalil, anda yang meneriakkan pekik semangat di seantero stadion, mereka yang menabung dan berdesak-desakan mengantri tiket, para pemain yang menguras tenaga di lapangan, staf pelatih yang memutar otak, tapi kepada Golkar semua terima kasih dihaturkan. Tak punya otak.
Saya tak peduli pada Arifin Panigoro dan George Toisutta. Tidak ada jaminan jika mereka naik ke tampuk kepemimpinan PSSI maka sepakbola kita akan menjadi lebih baik. Tapi semua orang berhak untuk mencoba memperbaiki kebobrokan ini, terlebih jika cara yang digunakan memang prosedural. Maka apa yang dilakukan PSSI lewat tim verifikasinya yang tidak meloloskan kedua nama tersebut untuk ikut pemilihan ketua umum PSSI pada kongres mendatang dengan alasan yang tidak jelas adalah sebuah langkah membungkam perubahan.
Tidak heran jika sejak hari Selasa (22/2) suporter dari berbagai penjuru Indonesia berdatangan ke kompleks GBK untuk demonstrasi di depan kantor PSSI. Aksi besar direncanakan baru akan dimulai esok harinya dan para suporter menggelar tenda di depan kantor PSSI untuk menginap.
Para suporter sedang menyanyikan lagu-lagu anti Nurdin Halid saat saya bergabung ke lokasi hari Rabu (23/2). Banyak suporter Persibo Bojonegoro yang memang datang ke Jakarta dengan beberapa bis. Polisi mengawal jalannya demonstrasi dengan baik, mereka tidak melakukan pengamanan berlebihan yang dapat memprovokasi massa.
Secara bergantian para suporter dipersilakan melakukan orasi di atas mobil komando untuk menumpahkan kekesalannya pada rezim PSSI. Dari Persis Solo hingga klub divisi 3 asal Brebes yang saya lupa namanya, semua seirama dalam mengecam kezaliman Nurdin Halid.
Suasana menjadi lebih riuh saat teman-teman Jakmania datang bergabung bersama kami. Dikawal oleh barisan sepeda motor yang membawa bendera kuning, mereka bahkan membawa mobil jenazah yang berisi keranda yang dimaksudkan untuk Nurdin. Mereka lalu mengarak keranda tersebut dan meletakkannya di depan kantor PSSI.
Puncak unjuk rasa hari itu adalah saat para suporter menyegel kantor PSSI dengan gembok dan rantai besi. Lalu spanduk raksasa bertuliskan revolusi PSSI digelar menutupi bagian depan kantor persatuan sepakbola yang seharusnya membanggakan itu, tapi lebih sering bikin malu.
Saat saya undur diri dari lokasi, saya melihat kerumunan orang tanpa atribut tertentu yang duduk-duduk di sepanjang trotoar seberang Hotel Century Park. Mencurigakan karena suporter yang berdemo semuanya ada di dalam, lalu mereka siapa? Saya sempat mendengar koordinator mereka berteriak, ”Ayo Priuk ngumpul! Orang Priuk ayo ngumpul!”. Belakangan saya mengetahui bahwa ada kelompok massa dari daerah Tanjung Priuk yang digerakkan untuk menjadi kubu pendukung Nurdin Halid. Taktik kuno.
Hari ini (Jumat, 25/2) para suporter yang menyuarakan perubahan masih terus melaksanakan aksi menuntut revolusi PSSI. Tadi siang Komite Banding menolak banding Arifin Panigoro dan George Toisutta, dan mengembalikan keputusan kepada PSSI. Revolusi kita masih jauh dari usai, bung. Ayo terus bergerak!
[…] This post was mentioned on Twitter by Donny Radhian B., Rifarhan, Nauvan Maulana K, Aditya Irfansyah, khadrilah Alrumana L and others. khadrilah Alrumana L said: RT @pangeransiahaan: New article + photos! [Indonesian Football Diary] AKSI DEMO REVOLUSI PSSI (23/2) http://bit.ly/g7wq0z […]
#bergerak!!! Runtuhkan rezim NH sekarang juga!
[…] Gerakan-gerakan #revolusiPSSI yg terus didengungkan di berbagai daerah, oleh berbagai elemen masyarakat dan suporter, termasuk oleh kawan-kawan di twitter (yg anehnya masih banyak yg berteriak tanpa turun didunia nyata). Dan sudah seminggu terakhir ini kantor PSSI menjadi arena demonstrasi dari berbagai elemen suporter. […]
Saya semenjak masih era 90an sampai sekarang tetep mencintai & mendukung TImnas Garuda.
namun Akir akir inisemenjak tahun 2000 Q sangat kecewa atas al hasil dan Prestasi Pahlawan lapangan Hijauku.
kita semua tahu Kepengurusan Organisasi PSSI selaku wadah persepak bolaan di Tanah Airku ini, telah salah di tangan Orang orang Bedebah. NORDIN DAN KRONI-KRONINYA.
Jengkel,marah,sedih,prihatin atas semua ini…
PSSI BUKAN MILIK FIFA – PSSI MILIK INDONESIA –
Q mengajak Teman teman Pendukung TIMNAS-PSSI untuk REVOLUSI Menyeluruh Penjarakan NURDIN & KRONI-KRONINYA.
ttd
Edi (GarenK) Bonek Dari Bali